Perlakuan panas
menurut Tata Surdia (2000) adalah proses kombinasi antara pemanasan dan
pendinginan yang terkontrol tehadap logam dalam keadaan padat dengan waktu
tertentu untuk memperoleh sifat fisis dan mekanis tertentu. Selama proses pemanasan dan pendinginan
akan terjadi perubahan struktur mikro
yang akan berakibat berubahnya sifat dari logam tersebut. Perlakuan panas secara umum meliputi :
a.
Pemenasan sampai suhu dan
kecepatan tertentu.
b. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu
sehingga temperaturnya merata.
c.
Pendinginan dengan media
pendingin
Heat treatment pada baja secara umum dikategorikan sebagai
berikut :
1)
Annealing
Annealing
adalah suatu proses
perlakuan panas untuk mendapatkan sifat-sifat bahan sebagai berikut :
a)
mengurangi kekerasan.
b)
menghilangkan tegangan sisa.
c)
memperbaiki kekuatan.
d)
memperbaiki ductility
e)
menghaluskan ukuran butiran.
Proses
yang dilakukan yaitu dengan memanaskan bahan pada suhu ± 60 di atas suhu
krtitis (daerah austenitic), kemudian setelah suhu merata didinginkan di dalam oven.
2)
Normalising
Tujuan dari proses ini adalah
untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam, juga untuk
menghilangkan tegangan dalam.
Proses ini dilakukan pada baja
konstruksi, baja roll, material yang mengalami penempaan, tidak mempunyai
struktur yang sama karena jumlah beban tidak seimbang dan karena perubahan
bentuk pada tahap-tahap pendinginan yang tidak merata untuk material yang
ketebalannya tidak sama. Proses yang dilakukan yaitu dengan memanaskan bahan
pada suhu ± 60 diatas suhu krtitis, kemudian setelah suhu merata didinginkan di udara.
3)
Quenching
Proses ini bertujuan untuk merubah
struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur
martensit yang keras. Untuk memberikan kekuatan dan keuletan pada baja,
pertama baja harus dikeraskan dengan dicelup dingin. Lebih baik mempunyai 100%
martensit setelah dicelup dingin, tetapi untuk mendapat 100% martensit harus
didinginkan pada pendinginan tertentu yang lebih besar dari pendinginan kritis
dari fasa austenit. Tetapi umumnya bagi yang berukuran besar susah untuk
mendapat laju pendinginan yang lebih besar dari laju pendinginan kritis di
tengah-tengahnya. Mampu keras adalah sifat yang menunjukan bahwa baja
dikeraskan pada keadaan tertentu, berapa dalam permukaan yang didinginkan
strukturnya menjadi martensit. Mampu keras baja dapat diperoleh dari diagram
temperature transformasi dan waktu (diagram TTT). Proses quenching dilakukan dengan memanaskan baja di atas suhu kritis (± 600C), tergantung dari kadar karbon, kemudian ditahan pada suhu
tersebut dengan waktu tertentu dan didinginkan dengan
cepat dalam fluida cair (air, minyak, oli, dll).
Daerah pendinginan yang mendadak,
tak ada waktu yang cukup bagi austenit untuk berubah menjadi ferit atau perlit sehingga
akan berubah menjadi martensit. Kecepatan pendinginan ini tidaklah dapat
dicapai secara menyeluruh dan merata ke bagian sebelah dalam, akibatnya
pengerasan hanya terjadi pada bagian permukaan saja.
4)
Tempering
Tempering adalah proses memanaskan kembali logam yang telah dikeraskan pada
suhu 150-560 0C dan didinginkan secara
perlahan-lahan dengan tujuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan
mengurangi kekerasan, sehingga bahan akan lebih ulet dan kerapuhannya
berkurang. Untuk mendapatkan keuletan yang lebih tinggi, maka penemperan harus
dilakukan pada suhu yang lebih tinggi antara 580-6300C. Dengan
demikian dapatlah dicapai suatu panghalusan struktur pada segenap penampang dan
peningkatan yang menonjol dalam kekuatan, batas rentang, keuletan takik serta
kekenyalan. Baja yang dapat di-temper
secara menyeluruh dan dapat mengeras secara menyeluruh disebut baja keras temper.
Penemperan
pada baja kerja cepat mengakibatkan peningkatan kekerasan karena terjadinya
peralihan wujud susulan sisa austenit yang berkebutiran tertinggal pada
pengejutan, ke dalam bentuk yang berkebutiran halus. Ditambah lagi dengan
akibat karbid logam paduan.
Baja
setelah dicelup dengan cara dikejutkan pada media oli dengan suhu 200C
dibiarkan sampai kobaran padam dan bunyi mendesis berhenti sekitar suhu 2000C,
langsung dilakukan penemperan karena baja akan mudah mengalami pecah atau retak
terutama pada bernda kerja yang mempunyai bentuk sangat tipis atau kecil.
Gambar 2.5. kiri :
pengerasan sederhana baja-baja C, (1) pemanasan pendahuluan, (2) pemanasan
penyelesaian, (3) pengejutan, (4) penemperan, kanan : pengerasan terputus.
(Smallman, 1991)
Pengerasan sederhana seperti
terlihat pada gambar 2.5 pada perkakas yang kurang peka dan mudah dibentuk
(martil, pahat, penembus dan sebagainya). Perkakas yang dipanaskan hingga suhu
pengerasan ini dicelup ke dalam air bersuhu 200C dan digerakkan
kuat-kuat. Mereka dibiarkan didalam media hingga mendingin secara menyeluruh
sampai 100-2000C, kemudian dikeluarkan dan mendingin di udara, pendinginan diikuti dengan penemperan.
Penemperan berdasarkan tujuannya
dapat dibedakan, antara lain :
Ø penemperan membebaskan tegangan antara
100-2000C untuk memperlunak tegangan tanpamengurangi kekerasan. Pada
bagian yang harus memiliki keawetan ukuran yang tinggi, contohnya alat ukur,
perubahan ukuran yang akan terjadi setelah beberapa waktu pada suhu ruangan
dapat didahului.
Ø Penemperan untuk penuaan dilakukan hingga suhu 2000C, baja ini
memiliki ukuran yang tetap untuk waktu yang lama pada suhu ruang.
Ø Penemperan antara 200-3800C
untuk memperlunak kekerasan yang berlebihan dan meningkatkan keuletan,
sedangkan perubahan ukuran yang juga terjadi pada pengejutan diperkecil
(penting pada perkakas sayat), penemperan ini dilakukan pada baja bukan paduan dan baja paduan
rendah.
Ø Penemperan antara 550-6500C
untuk meningkatkan kekerasan dengan penguraian karbid, penerapannya hanya pada
baja perkakas paduan tinggi. Penemperan baja bukan
paduan berlangsung pada suhu penemperan yang berpedoman pada kandungan C dan
kekerasan yang dikehendaki (180-3400C).
Semakin
tinggi suhu penemperan dan semakin lama didiamkan pada suhu temper, semakin banyak terbentuk
martensit, sehingga kekerasan semakin lebih rendah, keuletan bertambah dan
tegangan berkurang.
Gambar 2.6. kiri : kekerasan yang dapat dicapai poada berbagai suhu penemperan
baja kerja cepat, kanan : pengerasan kubangan panas, (E) pemenasan awal, (S)
pengejutan dalam kubangan panas, (L) penyejukan di udara (penbentukan
martensit), (S) penemperan (Smallman, 1991)
Baja
HSS mencapai ketahanan penemperan yang sangat tinggi daya sayat yang kuat dan
kekerasan panas yang tinggi melaui pemaduan dengan logam yang cocok dalam kadar
persen tertentu didalam gabungan, dengan suatu kandungan zat arang yang
disepadankan. Sifat yang
diperoleh melalui pengerasan dipertahankan hingga suhu sekitar 6000C.
Kekerasan pijar merah ini merupakan ciri baja HSS. Logam paduan memperoleh
penempatan secara tersebar halus didalam massa dasar baja martensitis dalam
bentuk karbid yang sangat keras. Sebagai contoh karbid vanadium memiliki 2,5
kali kekerasan karbid besi (Fe3C).
Suhu peralihan wujud dan dengan demikian suhun pengerasan sangat menyimpang
dari yang berlaku bagi baja perkakas bukan paduan dan paduan rendah.
Garis-garis liku S dalam diagram diatas terletak jauh kesebelah kanan, sehingga
memungkinkan adanya suatu kecepatan pendinginan yang sangat rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar